Kesenian Angguk, mungkin menjadi hal yang baru
bagi sebagian orang. Kesenian tradisional Angguk telah lama ada dan mulai
hilang ditelan zaman. Beberapa orang akan mengira bahwa kesenian ini berasal
dari Yogyakarta. Bahkan, penduduk asal pun tak banyak yang tahu.
Sebenarnya Angguk merupakan kesenian asli Pati. Kota ini tak asing di telinga masyarakat sebagai kota yang terkenal dengan nasi gandulnya. Kesenian ini sangat erat kaitannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda.
Angguk Pati ini diperkirakan
sudah ada sejak tahun 1921, dan pada saat itu Angguk Pati digunakan sebagai
sarana berkumpulnya para tokoh pejuang revolusi agar tidak dicurigai oleh
Belanda. Angguk Pati dipelopori oleh seorang tokoh Islam yang bernama Haji
Anwar, dan lewat Angguk ini Haji Anwar menanamkan kedisiplinan dan rasa
nasionalisme kepada para pejuang revolusi.
Tarian Angguk pada dasarnya dilhami oleh kegiatan baris-berbaris dari serdadu angkatan laut Belanda, yang pada awalnya para penari Angguk menggunakan properti berupa kipas. Jumlah penari Angguk selalu genap, yaitu: 4, 6, 8, dan seterusnya. Hal ini karena pada awalnya para penari saling berpasang-pasangan, sehingga jumlahnya harus genap.
Angguk pada awalnya ditarikan oleh penari pria, tetapi pada saat ini tarian Angguk ditarikan oleh penari wanita. Sampai saat ini belum ada referensi yang mendukung mengapa para penari pria diganti oleh penari wanita.
Nah, warga Pati, sudah tahukah
Anda?
0 komentar:
Posting Komentar